Dokter bedah Amerika: Semalam operasi anak-anak Gaza lebih banyak dari setahun di AS

Dokter bedah Amerika: Semalam operasi anak-anak Gaza lebih banyak dari setahun di AS

Dokter bedah Amerika: Semalam operasi anak-anak Gaza lebih banyak dari setahun di AS

Serangan udara menargetkan gedung gawat darurat di dalam Rumah Sakit Nasser (Sumber: Aljazeera.net)

Penulis: Tika Ayuraa
Dipublikasikan pada: 11 April 2025, 14:25

# Internasional

Dokter bedah asal Amerika Serikat, Feroze Sidhwa, menyebut situasi di Gaza sebagai yang paling brutal yang pernah ia alami. Sebelumnya, ia menjadi relawan di wilayah konflik seperti Ukraina, Haiti, dan Zimbabwe, namun pengalaman di Gaza, terutama saat bertugas di Rumah Sakit Nasser, jauh lebih berat. Serangan udara Israel yang menargetkan anggota Hamas turut menewaskan pasien remaja yang sedang ia rawat, dan hampir saja mengenai dirinya juga.

Feroze sempat kembali ke AS dan ikut menandatangani surat terbuka kepada Presiden Joe Biden, menyerukan penghentian perang serta pengiriman senjata ke Israel. Ia kembali ke Gaza dalam misi relawan kedua pada Maret dan menyaksikan langsung dampak serangan besar Israel yang disebut “Pembantaian Ramadan”. Dalam waktu enam jam, mereka menangani 130 pasien, separuhnya adalah anak-anak. Feroze menyatakan jumlah trauma anak-anak yang ia tangani malam itu melampaui jumlah kasus setahun penuh di AS.

Feroze membandingkan situasi di Gaza dengan peristiwa bom Maraton Boston 2013, di mana jumlah korban dalam satu malam di Gaza sebanding dengan seluruh kapasitas rumah sakit besar di Boston. Bahkan, para dokter di Nasser pernah melakukan hingga 100 operasi dalam sehari. Sistem triase dilakukan dengan kode warna, namun bagi anak-anak yang kritis, tidak diberi label melainkan langsung dipindahkan ke ruang khusus untuk meninggal dunia bersama keluarga.

Ia menyadari keputusannya menjadi relawan sangat berisiko, dan menyebut Gaza sebagai tempat paling brutal di dunia dalam 60 tahun terakhir. Menurutnya, para relawan harus siap menghadapi situasi di mana nyawa mereka juga terancam tanpa adanya perlindungan, bahkan dari pemerintah mereka sendiri. Ia mengungkapkan kekecewaan saat pihak Kedutaan AS tak bisa berbuat apa-apa saat rumah sakit tempatnya bekerja diserang.

Meski demikian, Feroze merasa merawat anak-anak Palestina memberinya kekuatan moral dan rasa kemanusiaan yang dalam. Ia juga menduga kehadirannya sebagai tenaga medis asing mungkin menjadi alasan Israel menahan serangan besar yang bisa menghancurkan rumah sakit sepenuhnya. Baginya, konflik di Gaza bukan hanya antara Israel dan Palestina, tetapi juga melibatkan peran Amerika Serikat yang turut mendanai serangan tersebut.

Penulis: Tika Ayuraa
Editor: Tidak tersedia
Dipublikasikan pada: 11 April 2025, 14:25
Diperbarui pada: 04 September 2025, 14:00


Views: 276 Likes: 1 Shares: 0

Source: Gaza Media

WhatsApp Instagram

Berikan Komentar

Komentar:

Kembali ke Berita Utama
OneAndNews